Pemerintah Indonesia secara resmi memberikan persetujuan kepada Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC) untuk mengembangkan Blok Anambas yang terletak di Laut Natuna. Proyek ini menjadi langkah strategis perusahaan asal Kuwait tersebut untuk memperluas portofolio energi mereka di kawasan Asia Tenggara.

Menurut pernyataan dari SKK Migas, KUFPEC akan menginvestasikan sekitar USD 1,54 miliar guna mengembangkan blok tersebut. Target produksi yang ditetapkan mencapai 55 juta standar kaki kubik gas per tahun, dengan estimasi total penjualan gas mencapai 185 miliar kaki kubik.

Manajer negara KUFPEC untuk Indonesia, Sara Al-Baker, menyatakan bahwa keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) diharapkan bisa dicapai pada awal tahun depan. Jika semua berjalan sesuai rencana, produksi komersial dari Blok Anambas akan dimulai pada tahun 2028.

CEO KUFPEC, Eisa Al-Maraghi, menambahkan bahwa Indonesia dianggap sebagai lokasi strategis untuk ekspansi perusahaan. Dalam konferensi pers, ia mengatakan bahwa pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah mitra lokal untuk menjajaki potensi akuisisi aset tambahan di Indonesia. Meski demikian, ia belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai aset yang dimaksud.

Pengembangan Blok Anambas mencakup pemasangan pipa bawah laut yang akan menghubungkan lapangan gas tersebut ke fasilitas yang sudah ada dalam sistem transportasi gas West Natuna Transportation System. Gas yang dihasilkan nantinya akan dipasok ke pasar domestik maupun regional.

Blok Anambas menjadi proyek kedua KUFPEC di wilayah kaya gas Laut Natuna. Saat ini, perusahaan memiliki 33 persen kepemilikan di Blok Natuna A, yang memasok gas ke Singapura.

Selama beberapa tahun terakhir, KUFPEC terus meningkatkan aktivitas eksplorasinya di Indonesia. Pada tahun lalu, perusahaan ini turut tergabung dalam dua konsorsium berbeda yang menandatangani kontrak eksplorasi untuk Blok Melati dan Blok Amanah.

Di wilayah lain Laut Natuna, KUFPEC juga telah menyelesaikan studi bersama untuk Blok Natuna D-Alpha. Hasil studi tersebut saat ini sedang dalam tahap evaluasi internal, ungkap Al-Baker. Blok Natuna D-Alpha diketahui memiliki salah satu cadangan gas terbesar di dunia, meskipun kandungan karbon dioksidanya (CO₂) cukup tinggi, yang menjadi tantangan tersendiri dalam proses pengembangan.

Sebagai catatan, Indonesia sebelumnya merupakan anggota OPEC, namun kini menjadi negara pengimpor minyak bersih akibat sumur-sumur tua dan kurangnya investasi di sektor hulu migas. Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmennya untuk membalikkan tren tersebut dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi impor melalui peningkatan eksplorasi dan produksi dalam negeri.