Dunia keuangan global terus bergerak dinamis, terutama dengan desakan regulasi baru di sektor aset digital. Di sisi lain, layanan perbankan konvensional di dalam negeri tetap menjadi fondasi bagi kebutuhan transaksi harian masyarakat.

Jepang Rombak Aturan Kripto

Jepang dilaporkan tengah mempertimbangkan reformasi besar-besaran terhadap regulasi mata uang kripto. Otoritas Jasa Keuangan (FSA) negara tersebut sedang mengkaji serangkaian aturan baru yang dapat mengubah peta industri secara signifikan.

Jika diimplementasikan, regulasi ini akan mengkategorikan aset kripto sebagai produk keuangan. Langkah ini akan membawa konsekuensi serius, di antaranya adalah penerapan aturan perdagangan orang dalam (insider trading) pada 105 jenis kripto yang diperdagangkan di Jepang, termasuk token utama seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH). Nantinya, bursa kripto juga akan diwajibkan untuk memberikan pengungkapan yang jelas mengenai risiko, terutama terkait volatilitas harga.

Proposal ini juga membuka kemungkinan bagi bank dan perusahaan asuransi untuk menawarkan kripto kepada nasabah mereka, meskipun melalui anak perusahaan sekuritas.

Dampak Pajak dan Dorongan Digital

Salah satu poin yang paling disorot dari rencana FSA adalah potensi pemangkasan pajak atas keuntungan transaksi kripto. Saat ini, pajak keuntungan kripto di Jepang bisa mencapai 55%, namun proposal baru ini mengusulkan penurunannya menjadi 20%, setara dengan pajak perdagangan saham.

Langkah regulasi ini sejalan dengan dorongan digital Jepang yang lebih luas. Sebelumnya, pada bulan Oktober, Jepang telah meluncurkan JPYC, stablecoin pertama yang dipatok dengan mata uang Yen. Ini adalah langkah penting di negara yang masih sangat bergantung pada uang tunai. Selain itu, regulator pasar juga dilaporkan sedang mempersiapkan revisi kode pajak untuk tahun fiskal 2026 yang berpotensi membuka jalan bagi ETF (exchange-traded funds) kripto domestik.

Volatilitas Pasar dan Realitas Lokal

Inisiatif regulasi ini hadir di tengah kondisi pasar yang oleh sebagian analis disebut “kacau” namun tetap menunjukkan pertumbuhan. Sebagai gambaran, pada saat berita ini ditulis, harga BTC diperdagangkan di level $95.674,32, mencatat kenaikan 1,58% dalam 24 jam terakhir. Volatilitas tinggi ini mendorong para ahli untuk mengembangkan berbagai strategi pengelolaan pendapatan berbasis probabilitas untuk menavigasi pasar.

Sementara pasar global bergulat dengan aset berisiko tinggi, di Indonesia, fokus masyarakat masih kuat pada produk perbankan tradisional untuk keamanan finansial sehari-hari. Bank BCA, sebagai contoh, menyediakan setidaknya delapan jenis kartu debit (ATM) untuk memenuhi berbagai kebutuhan nasabah.

Pilihan Utama Kartu ATM BCA

Bagi nasabah BCA, terdapat tiga jenis kartu utama yang umum digunakan, yakni Blue, Gold, dan Platinum. Perbedaan ketiganya terletak pada limit transaksi dan biaya administrasi bulanan.

Kartu Silver atau Blue sering menjadi pilihan karena biaya adminnya paling rendah, yaitu Rp 14.000 per bulan. Kartu ini menawarkan limit transfer antar rekening BCA sebesar Rp 50 juta dan limit tarik tunai Rp 10 juta.

Untuk kebutuhan yang lebih tinggi, tersedia BCA Gold dengan biaya admin Rp 16.000. Limit transfer antar rekeningnya naik menjadi Rp 75 juta dan limit setoran tunai mencapai Rp 40 juta.

Sementara itu, BCA Platinum adalah opsi tertinggi dengan biaya admin Rp 19.000. Kartu ini menawarkan fitur terlengkap, termasuk limit transfer antar rekening hingga Rp 100 juta dan limit pembayaran yang juga mencapai Rp 100 juta.

Kartu Segmen Khusus dan Program Pemerintah

BCA tidak hanya fokus pada kartu reguler. Untuk menyasar kaum muda atau milenial, tersedia Tahapan Xpresi. Dengan desain yang kekinian, kartu ini hanya dikenakan biaya admin Rp 7.500, dengan limit tarik tunai Rp 7 juta dan transfer antar rekening Rp 25 juta.

BCA juga mendukung inklusi keuangan sejak dini melalui BCA SimPel, yang ditujukan khusus untuk pelajar dari PAUD hingga SMA. Kartu ini tidak dikenakan biaya kartu dan memiliki limit tarik tunai Rp 7 juta.

Selain itu, terdapat produk yang menyasar segmen khusus, seperti BCA Laku yang ditujukan untuk masyarakat di pelosok melalui agen, dengan fasilitas bebas biaya admin dan limit penarikan Rp 5 juta per hari. Ada pula TabunganKu, produk yang mendukung program pemerintah untuk meningkatkan budaya menabung, yang juga bebas biaya administrasi kartu.

Terakhir, bagi nasabah yang sering bertransaksi dalam mata uang asing, BCA Dollar menyediakan layanan dalam Dolar AS dan Dolar Singapura, dengan biaya admin bulanan 1 Dolar AS atau 2 Dolar Singapura.