Tesla diperkirakan akan melaporkan kinerja kuartal terkuatnya sepanjang tahun 2025 pada hari Kamis ini. Pencapaian ini didorong oleh lonjakan pembelian di Amerika Serikat, di mana konsumen bergegas memanfaatkan kredit pajak kendaraan listrik (EV) senilai $7.500 sebelum insentif tersebut berakhir pada awal pekan ini. Namun, para analis memperkirakan bahwa peningkatan penjualan ini hanya bersifat sementara dan tantangan di pasar Eropa akan terus berlanjut.

Lonjakan Penjualan di AS Menjelang Berakhirnya Kredit Pajak

Data kuartalan ini akan menjadi tolok ukur penting untuk melihat seberapa besar dampak subsidi pemerintah AS dalam mendongkrak penjualan. Di sisi lain, pasar global menunjukkan gambaran yang beragam. Penjualan di Tiongkok diperkirakan akan didukung oleh peluncuran Model Y L dengan enam kursi yang diperluas pada bulan September. Sebaliknya, pasar Eropa mengalami kelesuan karena jajaran produk Tesla yang menua dinilai kesulitan bersaing, ditambah lagi pandangan politik CEO Elon Musk yang turut meredam sentimen sebagian pembeli di kawasan tersebut.

Kondisi ini menciptakan skenario di mana pengiriman global pada kuartal ketiga kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan potensi penurunan lebih lanjut pada kuartal Desember. Setelah insentif pajak berakhir pada hari Selasa, situs web Tesla pada hari Rabu menunjukkan bahwa perusahaan telah menaikkan harga sewa (leasing) mobil di AS, meskipun harga pembelian kendaraan tanpa kredit pajak tetap tidak berubah. Analis berpendapat bahwa lonjakan ini lebih disebabkan oleh konsumen yang mempercepat pembelian yang seharusnya dilakukan nanti, bukan karena berhasil menarik minat pembeli baru.

Tantangan Global dan Proyeksi Pengiriman

Elon Musk sendiri telah memperingatkan pada bulan Juli bahwa Tesla menghadapi “beberapa kuartal yang sulit” seiring dengan hilangnya subsidi EV, sebelum pendapatan dari perangkat lunak self-driving dan layanan lainnya mulai meningkat signifikan pada akhir tahun depan.

Wall Street memproyeksikan pengiriman Tesla pada kuartal ketiga sekitar 441.500 unit, dengan perkiraan total pengiriman sepanjang tahun 2025 mencapai sekitar 1,6 juta unit. Angka ini sekitar 10% di bawah pencapaian tahun lalu. Meskipun kuartal September ini akan menjadi yang terkuat tahun ini, angka tersebut masih sekitar 6% lebih rendah dibandingkan 462.900 unit yang dikirimkan pada kuartal yang sama tahun lalu.

Ken Mahoney, CEO dari Mahoney Asset Management yang juga merupakan pemegang saham Tesla, menyatakan, “Kredit senilai $7.500 jelas memiliki efek yang menarik permintaan ke depan pada kuartal ini.” Ia menambahkan bahwa berakhirnya kredit tersebut dapat menciptakan celah permintaan di AS pada kuartal keempat, sementara perang harga dan promosi, terutama di Tiongkok, dapat terus menekan margin keuntungan. Namun, analis dari Deutsche Bank meyakini Tiongkok dapat meredam dampak negatif pada kuartal keempat, terutama dengan adanya peluncuran Model Y L.

Rekor Kekayaan Elon Musk di Tengah Kinerja Saham Tesla

Di tengah dinamika penjualan Tesla, CEO Elon Musk mencatatkan sejarah baru dengan menjadi orang pertama yang kekayaan bersihnya mencapai angka $500 miliar. Menurut laporan Forbes, pencapaian yang terjadi sekitar pukul 15:30 ET ini menempatkannya sekitar $150 miliar di depan orang terkaya kedua di dunia, pendiri Oracle, Larry Ellison.

Kekayaan Musk telah meroket secara eksponensial, dari $24,6 miliar pada Maret 2020, menembus $100 miliar pada akhir 2020, $200 miliar pada 2021, $400 miliar pada 2024, dan akhirnya mencapai $500 miliar pada pekan ini. Kenaikan signifikan ini banyak didorong oleh performa saham Tesla. Pada hari Rabu, saham Tesla naik hampir 4%, yang menambahkan sekitar $9,3 miliar ke kekayaan Musk. Saham perusahaan bahkan telah meningkat hampir dua kali lipat sejak April, ketika Musk mengumumkan akan kembali fokus penuh pada produsen EV tersebut.

Kekayaan Musk berasal dari berbagai sumber, dengan 12% sahamnya di Tesla bernilai sekitar $191 miliar. Selain itu, kepemilikannya di SpaceX, yang kini bernilai $400 miliar, menyumbang sekitar $168 miliar. Ia juga mengendalikan saham mayoritas di xAI Holdings, yang diperkirakan bernilai sekitar $60 miliar.

Visi Masa Depan dan Paket Kompensasi Triliun Dolar

Forbes melaporkan bahwa dengan laju pertumbuhan kekayaannya saat ini, Musk berpotensi menjadi triliunan pertama di dunia pada tahun 2033. Proyeksi ini terkait dengan usulan paket kompensasi senilai $1 triliun dari Tesla yang akan mulai berlaku dan akan diputuskan oleh para pemegang saham pada bulan November.

Paket kompensasi yang diusulkan dewan direksi ini akan memberikan Musk hingga 12% saham Tesla jika produsen mobil tersebut berhasil mencapai serangkaian target yang sangat agresif selama periode 10 tahun, termasuk mencapai kapitalisasi pasar sebesar $8,5 triliun dan tonggak operasional lainnya.

Musk menegaskan bahwa proposal ini bukan semata-mata soal kompensasi finansial. “Ini bukan tentang ‘kompensasi’, tetapi tentang saya memiliki pengaruh yang cukup atas Tesla untuk memastikan keamanan jika kita membangun jutaan robot,” ujar Musk dalam sebuah unggahan di X pada bulan September. Baginya, masa depan Tesla sangat bergantung pada mobil otonom dan robot, dan ia ingin memastikan stabilitas kepemimpinan untuk mencapai visi tersebut.