Sistem Autonomous Rail Rapid Transit (ART) yang dikembangkan oleh Cina, saat ini sedang dalam uji coba operasional di ibu kota baru Indonesia, menawarkan keuntungan seperti biaya konstruksi yang lebih rendah, waktu proyek yang lebih singkat, dan fleksibilitas yang lebih besar.
Kapasitas tinggi dan emisi nol karbon dari sistem ini diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan tekanan lingkungan di Nusantara.
Presiden Indonesia, Joko Widodo, pada hari Selasa menjalani uji coba sistem ART yang dikembangkan oleh Cina di ibu kota baru negara Asia Tenggara ini.
Sistem ART di Nusantara, proyek kolaborasi antara Grup CRRC Cina dan NORINCO International, saat ini sedang dalam uji coba operasional di sini.
Sebelumnya, dalam pidatonya kepada gubernur, walikota, dan bupati di sebuah pertemuan di Nusantara, Widodo memberikan perbandingan biaya antara sistem ART dan sistem kereta tradisional, dengan mencatat bahwa sistem ART secara signifikan lebih murah.
“Untuk yang satu ini, transportasi rel otomatis memang lebih murah karena tanpa rel, menggunakan magnet. Per unit untuk tiga gerbong, harganya sekitar 74 miliar rupiah (sekitar 4,7 juta dolar AS),” jelasnya, membandingkan ini dengan biaya yang meningkat untuk sistem Mass Rapid Transit dan Light Rail Transit.
Dia menyatakan keyakinannya bahwa ART bisa menyediakan alternatif yang lebih berkelanjutan dan hemat biaya dibandingkan dengan sistem kereta tradisional di Indonesia, terutama di kota-kota yang semakin padat.
“Sistem ART merupakan representasi dari pencapaian teknologi tinggi Cina dan telah diterapkan secara komersial di beberapa kota di Cina dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab. Kami tetap berdedikasi untuk mempromosikan sistem ini di Indonesia dan pasar internasional lainnya, berkontribusi pada pengembangan transportasi hijau global,” kata Wang Xiaobing, wakil presiden NORINCO International.
“Pada hari Sabtu minggu ini, sistem ART akan dipamerkan pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-79,” tambah Wang.
Menurut Wang, sistem ART mengintegrasikan teknologi canggih seperti jalur virtual, navigasi BeiDou, mengemudi otonom, dan tenaga baterai murni.
Dibandingkan dengan trem tradisional dengan kapasitas serupa, sistem ART memiliki keunggulan termasuk biaya konstruksi yang lebih rendah, waktu proyek yang lebih singkat, dan fleksibilitas yang lebih besar. Selain itu, kapasitas tinggi dan emisi nol karbonnya diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan tekanan lingkungan di Nusantara.
Selama dua bulan ke depan, NORINCO International dan Grup CRRC akan terus melakukan uji coba operasional sistem ART. Kementerian Perhubungan Indonesia akan melakukan uji teknis dan evaluasi yang komprehensif, dan perusahaan akan melakukan optimasi yang diperlukan berdasarkan hasil untuk memastikan kelancaran operasional sistem ini di Indonesia.